Sinopsis Novel SIN by FARADITA


SINOPSIS NOVEL "SIN" BY FARADITA



Ametta Rinjani.

Cewek paling cantik di sekolah. Suka dugem, sombong, tidak peduli pada apapun selain dirinya sendiri. Memiliki predikat playgirl dengan mantan di mana-mana. Niatnya hanya satu, membuat semua cowok bertekuk lutut di bawah kakinya, kemudian menendangnya jauh-jauh.

Raga Angkasa.

Cowok pendiam yang tidak pernah suka menjadi sorotan di sekolahnya. Lebih senang menyendiri di taman belakang jika teman-teman futsalnya sedang sibuk merokok di kantin. Ia hanya punya satu tujuan, menjauh dari cewek bermasalah manapun hingga lulus nanti.


Metta merasa menemukan mainan baru dalam penolakan Raga. Jika cowok itu menyebut dirinya adalah sumber masalah, maka dengan senang hati ia bersedia membuktikan seberapa besar masalah yang bisa ia berikan.




Sinopsis Cerita

Metta membuat keributan di lorong sekolah yang berhasil menarik perhatian. Bagaimana tidak, seorang cowok tengah berlutut di bawah kaki Metta. Ia tidak terima atas pernyataan putus yang telah dilayangkan oleh Metta. Kejadian tersebut menarik perhatian Kevin, sahabat Raga. Ia mengajak Raga untuk melihat aksi Metta, yang berakhir dengan penolakan.

Dari awal, Raga sudah tidak menyukai Metta. Apapun yang berbau dengan Metta, ia bersumpah tidak akan sudi untuk mencampuri karena masa depannya tertata rapi dengan syarat menjauhi cewek bermasalah, seperti Metta. Namun, pada suatu malam, Raga tidak bisa membuat pilihan untuk tidak mencampuri urusan Metta. Menyelamatkan hidup Metta dari bencana yang dibuat oleh mantan Metta, bernama Rio. Dan dari situlah, ketenangan hidup Raga mulai terusik dengan kehadiran cewek bermasalah.

Metta menyadari bahwa setiap bentuk penolakan dari Raga merupakan sebuah tantangan baru baginya. Cowok itu seperti memiliki sebuah spanduk di atas kepalanya yang menentang Metta mendekat. Bukan Metta namanya, jika ia tidak bisa menghancurkan spanduk itu dan membuat Raga mendekat kepadanya.

Ia sangat percaya diri mengatakan bahkan berani taruhan pada kedua sahabatnya, yaitu Lala dan Stephani jika Raga akan segera berlutut padanya. Metta berpikir bahwa Raga sama brengseknya dengan cowok-cowok lainnya. Lala yang lebih memahami situasi tersebut mengatakan bahwa Raga bukanlah cowok seperti yang Metta pikirkan.


“Ati-ati kalo lo lagi main perasaan. Saat lo udah main hati, lo cuma punya dua pilihan. Nyerahin hati lo sepenuhnya buat disakitin atau menangin hatinya buat lo kuasain.” [page 58]


Kekosongan hati Metta membuatnya merasa kesepian. Demi membunuh perasaan tersebut, ia rela menghabiskan malamnya untuk clubbing yang sudah menjadi kebiasaannya sebelum mengenal Raga. Ya, kehadiran Raga dalam hidupnya, mampu mengusir kekosongan di hati Metta. Memberi warna baru dalam hidupnya yang kelabu.


“To be honest, being lonely is the scariest thing in my life until you came along.” [page 131]


Awalnya, kehadiran Metta merupakan sebuah masalah bagi Raga. Ia selalu menolak Metta untuk mendekat. Namun, perlahan pintu hatinya terbuka. Spanduk yang berisi penolakan terhadap Metta -si cewek bermasalah- yang terpasang di atas kepalanya perlahan hancur. Raga mempersilahkan Metta untuk memasuki dunianya dan mengisi hatinya.


“... tapi sekarang, gue bakal ngizinin lo masuk ke hidup gue. Tapi sebelum itu, satu hal yang perlu lo tau. Gue gak punya jalan keluar. Sekali lo masuk, gue gak akan biarin lo pergi.” [page 210]


Hari demi hari telah mereka lewati dengan menyandang status berpacaran. Tidak ada movie date atau apapun yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan orang. Mereka hanya melakukan hal-hal kecil yang sewajarnya, tapi anehnya mampu membuat pembaca hilang kesadaran jika masih hidup di dunia nyata. Pengolahan katanya membuat kupu-kupu menari-nari di hati para pembaca.

Hingga pada suatu hari, hubungan keduanya dipaksa untuk berhenti karena sebuah alasan yang cukup kuat dan menimbulkan dosa jika ditentang. Raga mengakhiri hubungannya dengan Metta. Jika di awal Metta dengan percaya diri mengatakan bahwa Raga akan berlutut padanya, maka ia salah besar. Dan boom! Dunia terbalik. Bukan Raga yang berlutut pada Metta, melainkan Metta-lah yang berlutut pada Raga.


“Aku pernah membuat duniaku berporos pada satu titik bernama kamu. Lalu, kamu memutuskan pergi. Duniaku berhenti.” [Page 321]


Raga mengatakan bahwa ia hanya main-main dengan hubungan tersebut. Namun, Metta yakin jika Raga bukanlah seperti cowok kebanyakan. Raga dengan lancar menyebutkan bahwa di antara mereka sudah tidak ada hubungan apapun. Hal tersebut sukses menohok hati Metta. Apalagi, penampilan Raga yang terlihat baik-baik saja, sangat berbanding terbalik dengan dirinya.

Penyebab berakhirnya hubungan Raga dan Metta adalah Surya, ayah kandung Raga. Ia menceritakan sebuah fakta mengejutkan yang membuat Raga menjadi sosok jahat di mata Metta. Namun, muncul keraguan dalam hati Raga mengenai apa yang dikatakan oleh Surya. Jika merebut Metta disebut sebagai dosa, dengan senang hati Raga mengatakan bahwa dosanya terlalu indah.

Pada akhirnya, Tuhan bersedia membantu Raga dalam memantapkan hatinya. Ia menemukan fakta baru yang tidak diketahui oleh ayahnya. Fakta yang berhasil menuntunnya kembali pada pemilik hatinya.

“God hates the sin, not the sinner.” [page 366]

Related Posts

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel